Sapudi pulau Sapi

BAB I

PENDAHULUAN

 

I.1 Latar Belakang

Pulau Madura merupakan salah satu daerah yang terletak di Provinsi Jawa Timur. Pulau Madura memiliki sejuta pesona alam yang eksotis. Pesona alamnya tergambar pada keindahan gugusan pulau yang tersebar di pelosok Pulau Madura. Pulau – pulau nan eksotis tersebut berpotensi untuk menarik wisatawan dalam mengunjungi Pulau Madura. Salah satunya ialah Pulau Sapudi atau yang lebih dikenal dengan “Pulau Podhay” oleh masyarakat Madura.

Pulau Sapudi merupakan salah satu Pulau yang menawarkan keindahan alam yang masih asli, asri dan bersejarah. Pulau Sapudi merupakan tempat asal mula munculnya kebudayaan “Kerapan Sapi Madura” yang tersohor. Hal ini dapat menjadi salah satu faktor daya tarik Pulau Sapudi untuk dijadikan pulau wisata berbasis sejarah dengan menonjolkan pelestarian kebudayaan kerapan sapi sekaligus pembudidayaan sapi kerapan yang asli. Sehingga, kebudayaan kerapan sapi Madura lebih dikenal oleh masyarakat, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.

Namun, belum tereksposnya keindahan dan sejarah kebudayaan Pulau Sapudi, menjadi perhatian penulis sebagai generasi muda Madura untuk meneliti sekaligus mengangkat permasalahan ini dalam sebuah karya tulis guna turut serta memberikan kontribusi terhadap pelestarian kebudayaan Madura sekaligus mewujudkan visi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Sumenep untuk menjadikan Kota Sumenep sebagai “Kota Pariwisata” di Madura. Sehingga, penulis mengangkat judul “EKSPLORASI KEEKSOTISAN PULAU SAPUDI SEBAGAI SENTRA OBYEK WISATA BERBASIS SEJARAH BUDAYA KERAPAN SAPI MADURA”

I.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang penulis angkat pada karya tulis ini adalah:

I.2.1     Apa saja potensi yang dimiliki Pulau Sapudi sehingga pantas dijadikan sentra objek wisata berbasis sejarah budaya Kerapan Sapi Madura?

I.2.2     Apa kendala-kendala yang dihadapi dalam pengembangan Pulau Sapudi sebagai sentra objek wisata berbasis sejarah budaya Kerapan Sapi Madura?

I.2.3     Bagaimana cara efektif mengembangkan Pulau Sapudi sebagai sentra objek wisata berbasis budaya Kerapan Sapi Madura sehingga dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan jumlah dan frekuensi wisatawan di Jawa Timur, khususnya di Kabupaten Sumenep?

I.3 Tujuan Penelitian

      Tujuan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah:

I.3.1     Menganalisis potensi yang dimiliki Pulau Sapudi sehingga pantas dijadikan sentra objek wisata berbasis sejarah budaya Kerapan Sapi Madura.

I.3.2     Mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam pengembangan Pulau Sapudi sebagai sentra objek wisata berbasis sejarah budaya Kerapan Sapi Madura.

I.3.3     Mendapatkan cara efektif memperkenalkan Pulau Sapudi sebagai sentra objek wisata Kerapan Sapi Madura sehingga dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan jumlah dan frekuensi wisatawan di Jawa Timur, khususnya di Kabupaten Sumenep.

I.4 Manfaat Penelitian

      Manfaat yang diharapkan dari Karya Tulis ini adalah:

I.4.1     Bagi jajaran Pemerintah Jawa Timur, khususnya Pemerintah Kabupaten Sumenep, karya tulis ini dapat menjadi solusi dalam mengembangkan Pulau Sapudi sehingga meningkatkan jumlah dan frekuensi wisatawan mengunjungi Pulau Sapudi-Madura-Jawa Timur.

I.4.2     Membantu Pemerintah Kabupaten Sumenep untuk mempromosikan Pulau Sapudi sebagai sentra objek wisata berbasis sejarah budaya Kerapan Sapi Madura.

I.4.3     Bagi masyarakat umum, karya tulis ini dapat menjadi informasi awal untuk mengunjungi Pulau Sapudi sebagai sentra objek wisata berbasis sejarah budaya Kerapan Sapi Madura.

1.4.4    Mendukung terwujudnya visi Kabupaten Sumenep sebagai Kota Pariwisata di Madura.

I.3.5     Bagi penulis sebagai generasi muda Madura, karya tulis ini daharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai objek wisata di tanah Madura  sekaligus wadah penyaluran ide-ide penulis.

 

I.5 Batasan Masalah

            Karya tulis ini dibatasi hanya pada obyek wisata budaya kerapan sapi di Pulau Sapudi.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

 

II.1 Sejarah Pulau Sapudi

Pulau Sapudi adalah sebuah pulau di antara gugusan pulau-pulau di sebelah timur Pulau Madura. Secara administratif, pulau ini termasuk wilayah Kabupaten Sumenep, Jawa Timur.

Di antara gugusan pulau-pulau di sebelah timur Pulau Madura, Sapudi merupakan pulau terluas kedua dan pulau dengan penduduk terbanyak. Pulau ini terbagi atas dua kecamatan, yakni Nonggunong, Sumenep di bagian utara, dan Gayam, Sumenep di bagian selatan. (http://id.wikipedia.org/wiki/Pulau_Sapudi)

Pulau ini berada di sebelah timur pulau Madura dan di sebelah utara kota Situbondo, Jawa Timur. Untuk menuju ke pulau ini dapat melalui beberapa akses masuk. Pertama, melalui Pelabuhan Kalianget yang ada di Kabupaten Sumenep. Kedua, melalui Pelabuhan Dongkek yang juga masih ada di Sumenep. Ketiga, melalui pelabuhan Situbondo. Melalui Kalianget bisa menaiki kapal perintis yang biasanya berlayar setiap hari Kamis berangkat sekitar pukul 8.00 pagi atau bisa juga naik perahu kecil yang biasanya bermuatan sekitar 50 orang. Perahu ini berangkat sekitar pkl.12.00 siang. Setelah melalui perjalalanan laut sekitar 3 jam, pengunjung akan tiba di dermaga Tarebung sedangkan jika naik kapal perintis turun di dermaga Gayam. Apabila melalui pelabuhan Dongkek, perjalanan tempuh hanya 2 jam. Bagi yang suka tantangan mungkin akan lebih mengasyikkan jika melewati pelabuhan Dongkek karena dari sana, selanjutnya pengunjung akan naik kapal yang ukurannya lebih kecil dan dapat merasakan hantaman – hantaman ombak yang terasa begitu mendebarkan hati.

Pulau berpenduduk sekitar 1500an KK ini terbagi dalam dua wilayah kecamatan yaitu kecamatan Gayam dan Kecamatan Nunggunong. Pekerjaan kebanyakan dari penduduk di sini adalah nelayan, pedagang dan banyak juga yang merantau ke daerah lain seperti Situbondo, Surabaya, Bali dan bahkan Jakarta.  (sumber: http://images.google.co.id/imgres?imgurl=http://1.bp.blogspot.com/ dengan perubahan dari penulis)

II.2 Sejarah Kerapan Sapi Madura

  1. A.    Pengertian Kerapan Sapi

Kerapan atau karapan sapi adalah satu istilah dalam bahasa Madura yang digunakan untuk menamakan suatu perlombaan pacuan sapi. Ada dua versi mengenai asal usul nama kerapan. Versi pertama mengatakan bahwa istilah “kerapan” berasal dari kata “kerap” atau “kirap” yang artinya “berangkat dan dilepas secara bersama-sama atau berbondong-bondong”. Sedangkan, versi yang lain menyebutkan bahwa kata “kerapan” berasal dari bahasa Arab “kirabah” yang berarti “persahabatan” (http://untunx83.multiply.com/journal/item/58).

Namun lepas dari kedua versi itu, dalam pengertiannya yang umum saat ini, Kerapan adalah suatu atraksi lomba kecepatan sapi yang dikendarai oleh joki dengan menggunakan kaleles. Kaleles adalah sarana pelengkap untuk dinaiki sais/joki yang menurut istilah Madura disebut “tukang tongko”. Sapi-sapi yang akan dipacu dipertautkan dengan “pangonong” pada leher-lehernya sehingga menjadi pasangan yang satu.

(http://www.beritadaerah.com/column.php?pg=column_jawa&id=131&sub=column&page=2)

Sebagai catatan di daerah Madura khususnya di Pulau Kangean terdapat lomba pacuan serupa yang menggunakan kerbau. Pacuan kerbau ini dinamakan mamajir dan bukan kerapan kerbau.

Asal usul kerapan sapi juga ada beberapa versi. Versi pertama mengatakan bahwa kerapan sapi telah ada sejak abad ke-14. Waktu itu kerapan sapi digunakan untuk menyebarkan agama Islam oleh seorang kyai yang bernama Pratanu. Versi yang lain lagi mengatakan bahwa kerapan sapi diciptakan oleh Adi Poday, yaitu anak Panembahan Wlingi yang berkuasa di daerah Sapudi pada abad ke-14. Adi Poday yang lama mengembara di Madura membawa pengalamannya di bidang pertanian ke Pulau Sapudi, sehingga pertanian di pulau itu menjadi maju. Salah satu teknik untuk mempercepat penggarapan lahan pertanian yang diajarkan oleh Adi Polay adalah dengan menggunakan sapi. Lama-kelamaan, karena banyaknya para petani yang menggunakan tenaga sapi untuk menggarap sawahnya secara bersamaan, maka timbullah niat mereka untuk saling berlomba dalam menyelesaikannya. Dan, akhirnya perlombaan untuk menggarap sawah itu menjadi semacam olahraga lomba adu cepat yang disebut kerapan sapi.

 

  1. B.    Macam-macam Kerapan Sapi

Kerapan sapi yang menjadi ciri khas orang Madura ini sebenarnya terdiri dari beberapa macam, yaitu:

  1. Kerap Keni (kerapan kecil)

Kerapan jenis ini pesertanya hanya diikuti oleh orang-orang yang berasal dari satu kecamatan atau kewedanaan saja. Dalam kategori ini jarak yang harus ditempuh hanya sepanjang 110 meter dan diikuti oleh sapi-sapi kecil yang belum terlatih. Sedangkan penentu kemenangannya, selain kecepatan, juga lurus atau tidaknya sapi ketika berlari. Bagi sapi-sapi yang dapat memenangkan perlombaan, dapat mengikuti kerapan yang lebih tinggi lagi yaitu kerap raja.

  1. Kerap Raja (kerapan besar)

Perlombaan yang sering juga disebut kerap negara ini umumnya diadakan di ibukota kabupaten pada hari Minggu. Panjang lintasan balapnya sekitar 120 meter dan pesertanya adalah para juara kerap keni.

  1. Kerap Onjangan (kerapan undangan)

Kerap onjangan adalah pacuan khusus yang para pesertanya adalah undangan dari suatu kabupaten yang menyelenggarakannya. Kerapan ini biasanya diadakan untuk memperingati hari-hari besar tertentu.

  1. Kerap Karesidenen (kerapan tingkat keresidenan)

Kerapan ini adalah kerapan besar yang diikuti oleh juara-juara kerap dari empat kabupaten di Madura. Kerap karesidenan diadakan di Kota Pamekasan pada hari Minggu, yang merupakan acara puncak untuk mengakhiri musim kerapan.

  1. Kerap jar-jaran (kerapan latihan)

Kerapan jar-jaran adalah kerapan yang dilakukan hanya untuk melatih sapi-sapi pacuan sebelum diturunkan pada perlombaan yang sebenarnya.

  1. C.    Pihak-pihak yang Terlibat dalam Permainan Kerapan Sapi

Kerapan sapi adalah salah satu jenis permainan rakyat yang banyak melibatkan berbagai pihak, yang diantaranya adalah: (1) pemilik sapi pacuan; (2) tukang tongko (orang yang bertugas mengendalikan sapi pacuan di atas kaleles); (3) tukang tambeng (orang yang menahan tali kekang sapi sebelum dilepas); (4) tukang gettak (orang yang menggertak sapi agar pada saat diberi aba-aba dapat melesat dengan cepat); (5) tukang tonja (orang yang bertugas menarik dan menuntun sapi); dan (6) tukang gubra (anggora rombongan yang bertugas bersorak-sorak untuk memberi semangat pada sapi pacuan).

  1. D.   Jalannya Permainan

Sebelum kerapan dimulai semua sapi-kerap diarak memasuki lapangan. Kesempatan ini selain digunakan untuk melemaskan otot-otot sapi, juga merupakan arena pamer keindahan pakaian dan hiasan dari sapi-sapi yang akan dilombakan. Setelah parade selesai, pakaian dan seluruh hiasan itu mulai dibuka. Hanya pakaian yang tidak mengganggu gerak tubuh sapi saja yang masih dibiarkan melekat.

Setelah itu, dimulailah lomba pertama untuk menentukan klasemen peserta. Seperti dalam permainan sepak bola, dalam babak ini para peserta akan mengatur strategi untuk dapat memasukkan sapi-sapi pacuannya ke dalam kelompok “papan atas” agar pada babak selanjutnya (penyisihan), dapat berlomba dengan sapi pacuan dari kelompok “papan bawah”.

Selanjutnya adalah babak penyisihan pertama, kedua, ketiga dan keempat atau babak final. Dalam babak penyisihan ini, permainan memakai sistem gugur. Dengan perkataan lain, sapi-sapi pacuan yang sudah dinyatakan kalah, tidak berhak lagi ikut dalam pertandingan babak selanjutnya. Sedangkan, bagi sapi pacuan yang dinyatakan sebagai pemenang, nantinya akan berhadapan lagi dengan pemenang dari pertandingan lainnya. Begitu seterusnya hingga tinggal satu pemain terakhir yang selalu menang dan menjadi juaranya.

 

  1. E.    Nilai budaya

Permainan kerapan sapi jika dicermati secara mendalam mengandung nilai-nilai yang pada gilirannya dapat dijadikan sebagai acuan dalam kehidupan bermasyarakat. Nilai-nilai itu adalah: kerja keras, kerja sama, persaingan, ketertiban dan sportivitas.

Nilai kerja keras tercermin dalam proses pelatihan sapi, sehingga menjadi seekor sapi pacuan yang mengagumkan (kuat dan tangkas). Untuk menjadikan seekor sapi seperti itu tentunya diperlukan kesabaran, ketekunan dan kerja keras. Tanpa itu mustahil seekor sapi aduan dapat menunjukkan kehebatannya di arena kerapan sapi.

Nilai kerja sama tercermin dalam proses permainan itu sendiri. Permainan kerapan sapi, sebagaimana telah disinggung pada bagian atas, adalah suatu kegiatan yang melibatkan berbagai pihak. Pihak-pihak itu satu dengan lainnya saling membutuhkan. Untuk itu, diperlukan kerja sama sesuai dengan kedudukan dan peranan masing-masing. Tanpa itu mustahil permainan kerapan sapi dapat terselenggara dengan baik.
Nilai persaingan tercermin dalam arena kerapan sapi. Persaingan menurut Koentjaraningrat (2003: 187) adalah usaha-usaha yang bertujuan untuk melebihi usaha orang lain dalam masyarakat. Dalam konteks ini para peserta permainan kerapan sapi berusaha sedemikian rupa agar sapi aduannya dapat berlari cepat dan mengalahkan sapi pacuan lawan sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena itu, masing-masing berusaha agar sapinya dapat melakukan hal itu sebaik-baiknya. Jadi, antarpeserta bersaing dalam hal ini.

Nilai ketertiban tercermin dalam proses permainan kerapan sapi itu sendiri. Permainan apa saja, termasuk kerapan sapi, ketertiban selalu diperlukan. Ketertiban ini tidak hanya ditunjukkan oleh para peserta, tetapi juga penonton yang mematuhi peraturan-peraturan yang dibuat. Dengan sabar para peserta menunggu giliran sapi-sapi pacuannya untuk diperlagakan. Sementara, penonton juga mematuhi aturan-aturan yang berlaku. Mereka tidak membuat keonaran atau perbuatan-perbuatan yang pada gilirannya dapat mengganggu atau menggagalkan jalannya permainan. (http://untunx83.multiply.com/journal/item/58).


BAB III

METODE PENELITIAN

 

III.1 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu :

  1. Bedah Internet
  2. Peninjauan lapangan (observasi)
  3. Wawancara (lisan)
  4. Penyebaran angket

 

III.2 Cara / Prosedur Pengumpulan Data

            Dalam proses perolehan data diperlukan cara kerja yang sistematis, terarah dan bermakna guna memperoleh data yang akurat.

  1. Prosedur pengumpulan data pada metode bedah internet adalah sebagai berikut:

a)     Penulis mengunjungi situs-situs yang berkaitan dengan data-data yang diperlukan

b)    Memasukkan data-data yang diperoleh dalam pembahasan untuk dianalisis lebih lanjut.

  1. Prosedur yang dilakukan pada metode peninjauan lapangan adalah sebagai berikut:

a)     Penulis melakukan peninjauan lapangan ke Pulau Sapudi untuk mengetahui potensi-potensi obyek wisata yang ada di Pulau Sapudi.

b)    Menggabungkan hasil data peninjauan dengan hasil data bedah internet

c)     Melakukan analisis lebih lanjut.

  1. Wawancara, dilakukan kepada penduduk asli Pulau Sapudi yang menetap di Pulau Sapudi maupun yang merantau melalui prosedur berikut.

a)     Menyiapkan daftar pertanyaan

b)    Menyiapkan buku dan alat tulis

c)     Mengajukan daftar pertanyaan

d)    Mencatat hasil wawancara

e)     Menganalisa hasil wawancara dengan data-data yang diperoleh sebelumnya

  1. Peyebaran angket, dilakukan pada 100 responden yang berasal dari seluruh Madura dengan langkah-langkah sebagai berikut.

a)            Menyiapkan angket

b)    Menyebarkan angket pada 100 responden yang berasal dari daerah yang berbeda

c)     Merekapitulasi hasil angket yang telah disebarkan sehingga diperoleh hasil yang akurat

d)    Menganalisis hasil rekapitulasi angket dengan data-data yang diperoleh sebelumya

  1. Penelitian kualitatif ialah penelitian yang membutuhkan data dalam bentuk informasi, komentar, pendapat atau kalimat. Prosedurnya adalah sebagai berikut:

a)     Mengumpulkan semua data yang diperoleh dari bedah internet, peninjauan lapangan (observasi), wawancara (lisan) dan penyebaran angket.

b)    Melakukan analisis sintesis.

III.3 Waktu dan Tempat Penelitian

      Penulisan Karya Tulis ini dilakukan mulai tanggal 24 Oktober sampai dengan 10 Desember 2009 bertempat di Asrama Putri SMAN 3 Pamekasan,  jalan Pintu Gerbang 37 Pamekasan dan Pulau Sapudi

           

III.4 Analisis Sintesis

            Proses analisis data ini terdiri atas 4 langkah, yaitu reduksi data, sajian data, analisis data dan penyimpulan (verifikasi).

a.         Reduksi data

Dalam reduksi data ini, penulis melakukan proses penyeleksian, pemfokusan, penyederhanaan, pengabstraksian, dan pentransformasian data. Dalam reduksi data penulis juga menentukan batasan-batasan masalah dalam mengambil data penelitian.

b.         Sajian data

Sajian data merupakan rakitan organisasi informasi yang memungkinkan dilakukannya penarikan kesimpulan. Sajian data ini bertujuan untuk memudahkan penulis dalam memahami keseluruhan data, sehingga dapat memudahkan kegiatan penganalisisan data. Kemudian data disajikan secara sistematis,jelas singkat dan utuh.

c.         Analisis data

Data penelitian ini dianalisis secara deskriptif kualitatif.

d.         Penyimpulan (verifikasi)

Kegiatan ini merupakan lanjutan dari kegiatan analisis data dalam penelitian kualitatif. Tahap ini dilakukan setelah penulis memahami keseluruhan data dan telah melakukan penganalisisan data.

 

 

 

 


BAB IV

HASIL PENELITIAN

 

IV. 1 Eksistensi Pulau Sapudi, sejarah serta kebudayaannya

            Berdasarkan penyebaran angket yang penulis lakukan terhadap 100 sampel responden masyarakat di seluruh Pulau Madura, dengan tujuan untuk mengetahui eksistensi Pulau Sapudi, sejarah, serta kebudayaannya di masyarakat, diperoleh hasil sebagai berikut:

Diagram 1 : Pengetahuan Masyarakat Tentang Adanya Pulau Sapudi

 

 

Diagram 2 : Pengetahuan Masyarakat Tentang Letak Pulau Sapudi

Diagram 3 : Pengetahuan Masyarakat tentang Sejarah Pulau Sapudi

Diagram 4 : Pengetahuan Masyarakat tentang Kebudayaan di Pulau Sapudi

Diagram 5 : Prosentasase Masyarakat yang Pernah Berkunjung ke Pulau Sapudi

IV.2 Jadwal keberangkatan kapal menuju Pulau Sapudi

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diperoleh jadwal keberangkatan kapal menuju Pulau Sapudi berikut ini. Data tersebut diperoleh berdasarkan keterangan dari siswa SMAN 3 Pamekasan yang berasal dari Pulau Sapudi dan beberapa penduduk Pulau Sapudi.

Hari

Pelabuhan Dungkek

Pelabuhan Kalianget

Pukul

Banyak

Kapal

Pukul

Banyak Kapal

Senin

–    Pukul 10.00 wib

–    Pukul 15.00 wib

–    Pukul 17.00 wib

3 buah

Pukul 10.00 wib

1 buah

Selasa

–    Pukul 10.00 wib

–    Pukul 15.00 wib

–    Pukul 17.00 wib

3 buah

Pukul 15. 00 wib

1 buah

Rabu

–    Pukul 10.00 wib

–    Pukul 15.00 wib

–    Pukul 17.00 wib

3 buah

Pukul 15. 00 wib

1 buah

Kamis

–    Pukul 10.00 wib

–    Pukul 15.00 wib

–    Pukul 17.00 wib

3 buah

Pukul 15. 00 wib

1 buah

Jumat

–    Pukul 10.00 wib

–    Pukul 15.00 wib

–    Pukul 17.00 wib

3 buah

Pukul 15. 00 wib

1 buah

Sabtu

–    Pukul 10.00 wib

–    Pukul 15.00 wib

–    Pukul 17.00 wib

3 buah

Minggu

Pukul 11.00 wib

1 buah

Tabel 1. Jadwal keberangkatan kapal menuju Pulau Sapudi

*) NB : Jadwal tersebut bisa berubah sewaktu – waktu

IV.3 Observasi fasilitas-fasilitas yang telah tersedia di Pulau Sapudi

            Berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan di daerah Pulau Sapudi, didapatkan hasil bahwa fasilitas-fasilitas yang telah tersedia, yaitu :

  1. Fasilitas Penginapan

Dari penelitian yang dilakukan penulis penginapan yang ada di pulau sapudi hanya terdiri dari 5 kamar, dan setiap kamar diperuntukkan bagi 1 orang. Selain penginapan juga terdapat rumah kos yang digunakan oleh orang-orang yang memiliki keperluan di pulau sapudi. Namun,para pengunjung lebih sering meninap di rumah saudara daripada menginap di penginapan atau rumah kos, karena dari penelitian yang penulis lakukan fasilitas penginapan seperti rumah kos atau hotel kurang memadahi .

  1. Fasilitas Transportasi

Ada dua alternatif pelabuhan untuk mengunjungi Pulau Sapudi, yakni Pelabuhan Dungkek dan Pelabuhan Kalianget. Dari kedua pelabuhan tersebut, alat transportasi yang tersedia adalah perahu tardisonal. Pernah dilakukan uji coba perjalanan kapal feri/ASDP jurusan Kalianget Jangkar transit Gayam-Sapudi. Tapi tidak bertahan lama. Alasan cuaca laut tidak cocok dengan kekuatan dermaga Gayam serta alasan lainnya.

Sampai sekarang, alat transportasi menuju Sapudi dari dua pelabuhan itu adalah perahu tradisional berbobot 10 ton. Perahu ini dikelola secara tradisional oleh warga Sapudi. Anehnya, hingga kini pemerintah Sumenep tidak bisa mencari jalan keluar soal sulitnya warga Pulau Sapi dalam transportasi laut.

Perjalanan Dungkek dua jam ke Sapudi karena posisi pelabuhan berada dibagian ujung timur daratan Sumenep. Dan tempat berlabuhnya di Sakorame atau Tarebung yang berlokasi di ujung barat daratan pulau Sapudi. Berbeda jarak pelabuhan Kalianget ke pelabuhan Gayam yang berjarak 27 mil karena lokasi pelabuhan Gayam berada di bagian tengah arah timur Pulau Sapudi. Apabila berangkat lewat Pelabuhan Dungkek, wisatawan diwajibkan naik perahu kecil menuju perahu besar dengan membayar ongkos sebesar Rp. 500,00.

Selain transportasi menuju pulau sapudi alat transportasi yang tersedia di Pulau Sapudi sendiri adalah kol atau yang biasa dikenal dengan sebutan angkutan umum, dan delman. Sedikitnya alat transportasi yang tersedia di Pulau Sapudi disebabkan karena banyaknya masyarakat pulau sapudi yang memiliki kendaraan bermotor. Sehingga banyak masyarakat local yang tidak membutuhkan angkutan umum.

3. Fasilitas Lain

Selain fasilitas penginapan, trnsportasi dan keadaan alamnya, ada juga fasilitas rumah makan, lapangan kerapan sapi dan tempat-tempat yang dijadikan sentra perawatan sapi kerap.

Di pinggir pantai Pulau Sapudi, terdapat beberapa rumah makan sederhana yang menjual makanan tradisional dengan harga yang sangat murah dan sangat kental dengan keadaan alam pulau Madura.

Fasilitas – fasilitas perawatan sapi kerap yang bisa dilihat langsung oleh wisatawan penulis dapatkan di pulau sapudi. Seperti lapangan kerapan sapi, tempat perkembangan dan perawatan sapi kerap, tempat pelatihan sapi – sapi kerap dewasa sangat menunjang dalam pembudidayaan kerapan sapi yang sejarahnya berasal dari pulau Sapudi

 

IV.4 Objek wisata penunjang yang terdapat di Pulau Sapudi

Nama objek wisata

  1. 1.     Gua Kelelawar
  2. 2.     Pelabuhan Tarebung
  3. 3.     Panyeppen
  4. 4.     Pesarean Adipoday
  5. 5.     Somor Tase’
  6. 6.     Gurita Raksasa
  7. 7.     Asta Belingi
  8. 8.     Pemandian Toggung

Pulau sapudi memiliki sejuta pesona keindahan. Keeksotisan matahari ketika terbit maupun tenggelam dapat disaksikan dari pantai nan indah di pulau sapudi. Selain itu berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang penulis lakukan, terdapat beberapa objek wisata menarik dan eksotik di Pulau Sapudi, diantaranya :

Tabel 2. Objek Wisata Alam yang terdapat di Pulau Sapudi

BAB V

PEMBAHASAN

 

IV. 1 Potensi yang dimiliki Pulau Sapudi sehingga pantas dijadikan sentra objek wisata Kerapan Sapi Madura

Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan, penulis akan membahas secara terperinci potensi yang dimiliki Pulau Sapudi sehingga pantas dijadikan sebagai objek wisata berbasis sejarah budaya Kerapan Sapi Madura:

  1. Potensi Abstrak

Potensi abstrak merupakan potensi yang tidak berwujud. Dalam kajian ini, yang dimaksud dengan potensi abstrak ialah keyakinan masyarakat yang akan timbul apabila mengetahui hasil penelitian sejarah bahwa Pulau Sapudi merupakan pulau tempat kelahiran Kebudayaan Kerapan Sapi Madura.

Pada bab sebelumnya, telah penulis paparkan bahwa Pulau Sapudi merupakan tempat lahirnya sebuah kebudayaan daerah yang tersohor sebagai budaya daerah Madura dan menjadi ikon Pariwisata Propinsi Jawa Timur yaitu Kerapan Sapi Madura. Berbekal fakta inilah, akan menimbulkan daya tarik atau magnet kuat terhadap masyarakat luas untuk mengunjungi Pulau Sapudi yang notabene masih menyimpan budaya Kerapan Sapi Madura yang ‘asli’.

Analisa penulis di atas dapat dianalogikan dengan keyakinan penganut agama Islam bahwa Makkah merupakan tempat kelahiran Nabi Muhammad SAW, pembawa agama mereka sehingga mereka merasa lebih “afdhol” beribadah di Makkah daripada di Mesir atau Afghanistan. Atau umat Kristiani yang meyakini kota Vatikan sebagai tempat kelahiran pemuka agama Kristen sehingga mereka akan sangat berbahagia apabila dapat mengunjungi Vatikan jika dibandingkan dengan tempat-tempat lainnya. Fakta berkata, kedua tempat ini sangat ramai dikunjungi masyarakat dari seluruh penjuru dunia.

Sehingga, melalui analisa dan analogi di atas, dapat penulis simpulkan bahwa potensi abstrak memiliki pengaruh besar terhadap peningkatan frekuensi pengunjung. Begitu pula dengan Pulau Sapudi yang merupatan tanah kelahiran Budaya Kerapan Sapi Madura sangat berpotensi untuk menarik wisatawan, utamanya pecinta budaya (Kerapan Sapi Madura) untuk mengunjungi Pulau terbesar kedua di Pulau Madura ini.

  1. Potensi Sumber Daya Alam

Pulau Sapudi merupakan kawasan dengan keadaan alam yang masih asli, asri dan bersejarah. Pulau Sapudi berbatasan langsung dengan laut sehingga terdapat pantai yang mengelilinginya. Panoramanya menarik hati siapa pun yang menandangnya. Pada pagi dan sore hari, pengunjung dapat menyaksikan keindahan matahari terbit dan terbenam ditemani deburan ombak.

Kawasan ini memiliki prospek yang besar untuk dikembangkan. Masih banyak lahan-lahan kosong yang dapat menjadi lahan pendirian fasilitas penunjang wisata, seperti penginapan/ hotel berbasis alam, restaurant, dan lain sebagainya.

Selain sebagai centra budidaya sapi kerap, potensi objek wisata alam di Pulau Sapudi juga tak kalah eksotis. Contoh dari objek – objek wisata penunjang keindahan alam yang dimiliki Pulau Sapudi tersebut, antara lain :

À     Gua Kelelawar

À     Pelabuhan Tarebung

À     Panyeppen

À     Pesarean Adipoday

À     Somor Tase’

À     Gurita Raksasa

À     Asta Belingi

À     Pemandian Toggung

 

  1. Potensi Sumber Daya Manusia

Berdasarkan data yang penulis dapatkan, masyarakat Pulau Sapudi umumnya bekerja sebagai nelayan, peternak dan perantau. Profesi ini tidak sepenuhnya dapat memenuhi kesejahteraan masyarakat Sapudi, sehingga sangat dimungkinkan masyarakat akan mberalih profesi apabila ada lapangan pekerjaan lain yang lebih menjanjikan.

Keberadaan Sentra Kebudayaan Kerapan Sapi Madura ini dimungkinkan akan membuka pekerjaan baru di Pulau Sapudi sehingga potensi SDA yang selama ini belum termanfaatkan secara maksimal dapat termaksimalkan.

IV.2 Kendala-kendala yang dihadapi dalam pengembangan Pulau Sapudi sebagai sentra objek wisata Kerapan Sapi Madura

Berdasarkan hasil pengamatan lapangan yang penulis lakukan, didapatkan beberapa kendala yang menjadi penghambat dikenalnya Pulau Sapudi oleh masyarakat luas, yaitu:

  1. Kurangnya promosi

Promosi merupakan usaha atau langkah-langkah untuk memperkenalkan sesuatu. Pada kajian ini, yang penulis maksud adalah kurangnya penyebaran informasi kepada masyarakat luas mengenai keberadaan dan potensi yang dimiliki Pulau Sapudi sehingga hanya segelintir orang saja yang pernah mengunjungi Pulau Sapudi. Berdasarkan hasil penyebaran angket yang penulis lakukan terhadap 100 responden, didapatkan hasil bahwa dari 90% tidak mengetahui sejarah Pulau Sapudi dan hanya 11% yang pernah mengunjungi Pulau Sapudi.

Kurangnya promosi merupakan sebuah kendala yang harus segera ditangani agar dapat meningkatkan jumlah dan frekuensi pengunjung Pulau Sapudi dan tujuan Pulau Sapudi sebagai Sentra Obyek Wisata Berbasis Sejarah Kebudayaan Madura dapat dicapai dengan hasil maksimal.

  1. Kurangnya perhatian Pemerintah Kabupaten Sumenep

Hingga saat ini, Pulau Sapudi belum menjadi agenda utama dalam perenovasian daerah. Kurangnya perhatian pemerintah ini menjadikan pulau sapudi tidak mengalami perkembangan yang pesat, khususnya di bidang  pariwisata. Padahal, Pulau Sapudi memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai objek pariwisata berbasis sejarah guna peningkatan jumlah dan frekuensi wisatawan di Jawa Timur pada umumnya dan di Kabupaten Sumenep pada khususnya.

  1. Kurangnya Fasilitas Penunjang pariwisata

Wisatawan asing maupun domestik merupakan tamu istimewa bagi penyedia pariwisata. Minimnya fasilitas penunjang seperti, penginapan, rumah makan, telekomunikasi, dan lain sebagainya menjadi pertimbangan tersendiri bagi para wisatawan. Dengan demikian, peran pemerintah atau investor menjadi salah satu kunci suksesnya Pulau Sapudi sebagai  sentra Obyek Wisata Berbasis Sejarah Budaya Kerapan Sapi Madura.

 

IV.3 Cara efektif mengembangkan Pulau Sapudi sebagai sentra objek wisata Kerapan Sapi Madura sehingga dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan jumlah dan frekuensi wisatawan di Jawa Timur

  1. Menggencarkan promosi melalui internet, baleho dan iklan

Promosi merupakan salah satu upaya mengembangkan Pulau Sapudi sebagai sentra objek wisata kerapan sapi Madura sehingga pulau sapudi dapat dikenal oleh masyarakat luas. Strategi promosi yang baik menjadi salah satu kunci peningkatan jumlah dan frekuensi pengunjung Pulau Sapudi.

Promosi dapat dilakukan melalui beragam cara, diantaranya pembuatan blog khusus untuk mengekspose tentang Pulau Sapudi, memasang baleho di tempat-tempat strategis, seperti di kawasan perempatan kota Surabaya, dan lain sebagainya, penggencaran iklan melalui radio, baik local maupun Nasional, serta mengekspose melalui media massa lainnya.

  1. Pemerintah Kabupaten Sumenep bekerja sama dengan investor yang dapat menguntungkan kedua belah pihak

Untuk kemajuan suatu objek wisata yang terbilang  baru, dibutuhkan dana yang sangat tidak sedikit. Sehingga akan lebih baik apabila pemerintah melakukan kerja sama dengan investor baik dari luar negeri maupun dalam negeri dengan perjanjian yang menguntungkan kedua belah pihak. Dengan demikian Pulau Sapudi sebagai sentra objek wisata dapat dikembangkan.

  1. Menambah fasilitas penunjang pariwisata

Objek wisata yang berkualitas adalah objek wisata yang dapat memuaskan keinginan pengunjung. Salah satu cara dalam memuaskan pengunjung yaitu dengan melengkapi fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan oleh pengunjung. Sehingga pengunjung merasa nyaman berada di pulau sapudi. Keindahan dan keeksotisan pulau Sapudi terlihat lebih menonjol ketika fasilitas – fasilitas yang dibutuhkan telah terpenuhi.

Beberapa fasilitas yang penulis ajukan untuk diadakan dan dikembangkan di Pulau Sapudi, yaitu: hotel berbasis alam, restoran khas Madura, sentra oleh – oleh berbasis Madura ala pulau Sapudi

  1. Adanya perbaikan sarana transportasi

Di Era Globalisasi ini, hampir semua orang menyukai sesuatu yang cepat, mudah, terjangkau dan praktis. Hal paling mendasar yang membutuhkan kriteria tersebut yaitu transportasi. Dengan sarana transportasi, yang cepat, mudah dan praktis seseorang dapat menghemat waktu. Oleh karena itu, untuk mewujudkan pulau Sapudi sebagai sentra obyek wisata berbasis sejarah, dibutuhkan alat transportasi yang cepat, mudah dan praktis. Sehingga para pengunjung dapat mengefesiensikan waktunya sebaik mungkin untuk menikmati keeksotisan pulau Sapudi. Terutama budaya kerapan sapi.

  


 

BAB V

PENUTUP

 

V.1 Kesimpulan

            Dari hasil analisis pada bab pembahasan, dapat disimpulkan sebagai berikut :

  • Potensi yang dimiliki Pulau Sapudi sehingga pantas dijadikan sentra objek wisata Kerapan Sapi Madura, yaitu :
  1. Potensi Abstrak (keyakinan masyarakat berdasarkan hasil penelitian bahwa Pulau Sapudi merupakan tempat kelahiran Budaya Kerapan Sapi Madura)
  2. Potensi Sumber Daya Alam yang sangat prospektif untuk dikembangkan
  3. Potensi Sumber Daya Manusia yang memenuhi
  • Kendala-kendala yang dihadapi dalam pengembangan Pulau Sapudi sebagai sentra objek wisata Kerapan Sapi Madura, diantaranya :
  1. Kurangnya promosi
  2. Kurangnya perhatian Pemerintah kabupaten sumenep
  3. Kurangnya fasilitas penunjang pariwisata

 

  • Cara efektif mengembangkan Pulau Sapudi sebagai sentra objek wisata Kerapan Sapi Madura sehingga dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan jumlah dan frekuensi wisatawan di Jawa Timur, antara lain :
  1. Menggencarkan promosi melalui internet,baleho dan iklan
  2. Pemerintah kabupaten sumenep bekerja sama dengan para investor yang dapat menguntungkan kedua belah pihak
  3. Menambah fasilitas penunjang pariwisata
  4. Adanya perbaikan sarana transportasi


 

V.2 Saran

            Melalui permasalahan yang ada, maka saran yang dapat diberikan antara lain :

  • Bagi Pemerintah (Jajaran pemerintah Sumenep dan Jawa Timur) :
  1. Hendaknya pemikiran penulis dapat bahan pertimbangan untuk pengembangan daerah-daerah di Pulau Madura, khususnya di Pulau Sapudi  sehingga dapat meningkatkan perekonomian daerah, khususnya masyarakat Madura.
  2. Hendaknya memberikan perhatian ekstra terhadap kondisi dan kelestarian budaya – budaya yang terdapat di pulau – pulau kecil di Madura, khususnya pulau Sapudi.
  • Bagi Masyarakat :
  1. Bagi masyarakata Sapudi, hendaknya turut serta menjaga kelestarian budaya daerah yang ada di Pulau Sapudi, yakni kerapan sapi.
  2. Hendaknya masyarakat yang mengetahui informasi tentang Pulau Sapudi dapat turut berpartisipasi mempromosikan budaya dan keunggulan yang dimiliki Pulau Sapudi kepada masyarakat luas melalui cara masing-masing, seperti pelajar melalui pembuatan karya tulis.

 

                                                                                   


DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2009. Awal Mula dan Nilai Tradisi Kerapan Sapi. (Online) (http://cahayapemikiran.blogspot.com/2009/02/awal-mula-dan-nilai-tradisi-kerapan.html, diakses tanggal 26 Oktober 2009)

Anonim.2009. Untaian Mutiara Nusantara Kerapan Sapi-Madura. (Online) (http://www.facebook.com/note.php?note_id=162579031818, diakses tanggal 26 Oktober 2009)

Nugroho. Leo.2009. Pulau Sapudi. (Online) (http://images.google.co.id/imgres?imgurl=http://1.bp.blogspot.com/_wLngzjd9HE4/SY2IlIi5xcI/AAAAAAAAADI/9kAjOQLfMDA/s320/100_2824.JPG&imgrefurl=http://leoadang.blogspot.com/2009/01/indahnya-pulau-sapudi.html&usg=__jJXxBUjYoe1ZsjjrRGu6n0JkhHk=&h=240&w=320&sz=12&hl=id&start=7&um=1&tbnid=EHXyiiKbU5qS_M:&tbnh=89&tbnw=118&prev=/images%3Fq%3Dpulau%252Bsapudi%26hl%3Did%26sa%3DG%26um%3D1, diakses tanggal 26 Oktober 2009)

 

Anonim.2009. Kerapan Sapi. (Online) (http://untunx83.multiply.com/journal/item/58, diakses 26 Oktober 2009)

Anonim.2009. Berita daerah. (Online) (http://www.beritadaerah.com/column.php?pg=column_jawa&id=131&sub=column&page=2.diakses tanggal 23 Oktober 2009)

Anonim.Tanpa Tahun. Pulau Sapudi. (Online) (http://id.wikipedia.org/wiki/Pulau_Sapudi, diakses 25 Oktober 2009)

Bahri, Syaiful.2008. Pulau sapudi tak seindah dulu. (Online) (http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=26&jd=Pulau+Sapudi+Tak+Seindah+Dulu&dn=20081206011220, diakses 26 Oktober 2009)

Hambali rasidi.2009. jalan-jalan kepulau sapi, sumenep. (Online) (http://zkarnain.tripod.com/SUM-351.HTM, diakses tanggal 25 Oktober 2009)

Anonim.Tanpa Tahun. karapan sapi.(Online). (http://id.wikipedia.org/wiki/Karapan_Sapi, diakses 25 Oktober 2009)

Anonim.2009. pengunjung obyek dan daya tarik wisata per odtw di jatim

(Online)(http://www.jatimprov.go.id/dbfile/bidlahta/20080514110356_pengunjung_obyek_dan_daya_tarik_wisata_di_jatim_diparta_2004.pdf, diakses 26 Oktober 2009)

Anonim.2000. sapi. (Online)

(http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/13ObatAnalgetikdanAntiinflamasiNabati129.pdf/13ObatAnalgetikdanAntiinflamasiNabati129.html, diakses 26 Oktober 2009)

Anonim.2000. Dinas pariwisata dan kebudayaan sumenep. (Online) (http://disbudparpora.sumenep.go.id/id/index.php?s=u&m=4. diakses 26 Oktober 2009)

Anonim.2000. tradisi yang mengangkat harkat sapi Madura (Online) (http://oase.kompas.com/read/xml/2009/10/25/08192439/Tradisi.yang.Mengangkat.Harkat.Sapi.Madura. diakses 26 Oktober 2009)

Firdaus Nur, Ahmad. 2009. Pamekasan

4 thoughts on “Sapudi pulau Sapi

  1. assalamualaikum.
    salam kenal.
    tulisannya bagus, bagaimana perkembangannya sampai sekarang ?
    apa ada kepedulian dari pemerintah tentang pulau sapi ?

  2. o y sepertinya tempat2 wisata yang disebutkan d atas masih kurang terutama yang terdapat di kecamatan nonggunong.

    1. waalaikumsalam. oh iya kak terimakasih :). kalo untuk perkembangan lebih lanjut saya kurang tahu karena sudah lama tidak memantau keadaan pulau tersebut. untuk tempat wisata, hanya dituliskan tempat-tempat yang pernah dikunjungi saja. hehehe

Leave a comment